NSGMC Ukir Sejarah "Gold Champion'' di Calella (2)
http://www.pkbgmim.com/2014/10/nsgmc-ukir-sejarah-gold-champion-di_31.html
MOMEN pengumuman pemenang Festival Paduan Suara se-dunia
‘’Canta al Mar’’ Calella (Spanyol) tanggal 25 Oktober 2014, benar-benar menjadi
milik Indonesia. Merah putih berkibar beberapa kali di atas panggung kehormatan,
seiring kemenangan yang diukir Tim Paduan Suara (PS) North Sulawesi GMIM Male
Choir (NSGMC) dan wakil Indonesia lainnya, PS Universitas Mercu Buana.
Empat gold
champion dan satu gold digondol Indonesia. Pasalnya, selain NSGMC yang meraih
gold champion di kategori Male Choir (Paduan Suara Pria) dan gold di Music
Sacra, Universitas Mercu Buana juga meraup gold champion di tiga kategori
lainnya, masing-masing Female Choir, Mixed Choir dan Folklore.
Namun capaian
prestasi NSGMC tergolong istimewa karena meraih gold champion dengan tingkat
kesulitan teratas (difficulty level 1). Tak heran selain penonton dan para juri
yang memberikan apresiasi dengan standing applaus, delegasi Sulawesi Utara yang
dinakhodai Ir Roy Roring MSi (Ketua Tim), Pnt Ir Stefa BAN Liow (Ketua Komisi
Sinode P/KB GMIM) dan Terkelin Purba (Manajer Tim), mendapat perhatian khusus
dari Interkultur, organisasi resmi penyelenggara festival paduan suara tingkat
dunia.
Sanjungan atas
prestasi Sulut disampaikan langsung Interkultur Artistic Director (Direktur
Artistik), Prof Dr Ralf Eisenbeib. Saat bertemu langsung dengan official Tim
NSGMC yang terdiri dari Roy Roring, Stefa Liow, Eddyson Masengi, James Karinda,
Boy Tumiwa dan Bryan Janny Waleleng, pria asal Jerman ini tak segan-segan
memuji potensi choir Sulut. Prof Ralf mengaku takjub, karena Sulut meski
hanyalah sebuah propinsi di Indonesia yang jumlah penduduknya tidak lebih dari
2 juta jiwa, namun memiliki potensi penyanyi-penyanyi choir berkualitas dunia.
Dia mengharapkan
potensi choir Sulut yang tampil menghebohkan di ajang festival choir ‘’Canta al
Mar Calella 2014’’ terus dipertahankan, bahkan kalau perlu ditingkatkan. Interkultur
sendiri, aku Prof Ralf, siap membantu jika memang dibutuhkan. Bahkan mewakili organisasinya,
Prof Ralf mengatakan, Sulut sudah layak menjadi tuan rumah World Choir Games
(Festival Paduan Suara level teratas di tingkat dunia) dan workshop internasional,
jika bersedia.
Dia juga berjanji,
siap mendatangkan pembicara berkualitas dalam workshop tersebut. Roring dkk
menyambut positif pujian dan tawaran Prof Ralf. ‘’Hal ini tentunya kami sambut
dengan positif dan gembira. Namun soal menjadi tuan rumah, perlu kami bicarakan
dengan berbagai pihak terutama pemerintah,’’ aku Roring YANG DIKENAL SEBAGAI
Kepala Bappeda Sulut ini.
Sementara salah
satu official NSGMC, Drs Eddyson Masengi ME yang juga dikenal sebagai Anggota
DPRD Sulut, seusai pertemuan itu mengatakan, sudah seharusnya Pemerintah Indonesia
lebih memperhatikan dan serius menopang, serta memberi support terhadap eksistensi
paduan suara Indonesia yang telah mengharumkan merah-putih di tingkat dunia,
seperti yang sudah dilakukan NSGMC dan Universitas Mercu Buana di Calella
Spanyol.
Paduan suara asal
Sulut sendiri, ditambahkannya, selain NSGMC, sudah beberapa kali berprestasi di
dunia, namun masih berjuang secara mandiri dalam keikutsertaannya mengharumkan
nama Negara. Dikatakannya, selama ini perhatian hanya diberikan pemerintah
daerah, sedangkan pusat belum. Padahal prestasi yang dipersembahkan
mengatasnamakan Negara dan bendera merah putih yang dikibarkan.
‘’Jangan hanya
olahraga yang diperhatikan, padahal kalau ditilik dari prestasi, olahraga kita
mungkin prestasinya hanya sebatas Asean atau Asia. Sedangkan paduan suara sudah
pada tataran level internasional dan dunia,’’ tandasnya yang diamini Anggota
DPRD Sulut lainnya, James Karinda yang turut menjadi official tim bersama P/KB
Sinode GMIM.
FOKUS MEMUJI TUHAN
Swingly Sondak termasuk salah
satu orang yang paling bahagia atas prestasi yang dicapai NSGMC di Calella,
Spanyol. Sebagai pelatih dan konduktor choir, Swingly mengaku memikul beban dan
tanggungjawab yang cukup berat untuk memberikan yang terbaik bagi Sulut, bahkan
Indonesia di ajang choir dunia. Namun ketika NSGMC akhirnya meraih gold
champion, Swingly pun mengaku plong sekaligus terharu, dan tak henti-hentinya
memanjatkan syukur pada Tuhan Yesus Kristus.
Selain berkat campur tangan
Tuhan, pelatih koor bertangan dingin ini sedikit mengungkap rahasia kesuksesan
NSGMC sehingga meraih prestasi tertinggi di Calella. ‘’Bagi saya, NSGMC bukanlah sebuah choir.
NSGMC adalah sebuah keluarga bagi saya,’’ ungkapnya seraya menceritakan, segala
proses yang dialami tim ini, sejak audisi sampai keberangkatan ke Calella, merupakan
sebuah perjalanan panjang yang dilalui baik suka-maupun, sehingga NSGMC menjadi
sebuah tim kelompok paduan suara yang solid secara teknis maupun non-teknis.
‘’Memenangkan sebuah iven
Interkultur dan diselenggarakan di benua Eropa, tidaklah semudah membalikkan
telapak tangan. Namun hal ini bisa kami lalui dimana kuncinya adalah fokus
memuji Tuhan. Itulah sebabnya dominasi kuat negara-negara Eropa seperti
Finlandia, Norwegia, Rusia bahkan Italia, tidak membuat kami kuatir apalagi takut
saat naik panggung,’’ tandasnya mantap.
Di samping itu, Swingly
mengatakan salut dan angkat topi atas perjuangan dan jerih payah serta mental
para penyanyi anggota koor. ‘’Teknik-teknik secara individual skill, ensemble
skill, mentalitas skill, sosial skill dan religious skill, dilahap mereka
dengan baik,’’ aku Swingly. (bersambung)